Longing for nap time

Motherhood taught me that nap is the real luxury.

"Santai dalam menghadapi perubahan". Kalimat poster yang pernah saya baca tiap hari, pada suatu masa, 6-7 th silam. Sejatinya itu adalah poster untuk bangsal psikiatri, dalam tema pencegahan stress.

Somehow, that sentence got me by the heart. Everyday, up until now.

Dulu saya kira, mendingan keluar rumah biar gak senewen dirumah jadi ngomelin anak. Later i found out, justru kalau saya gak pegang sendiri anak saya, bisa lebih sering anak saya kena omel. Karena saya g ngerti apa mau anak kecil ini. Dan ketika setiap saat saya bersama anak saya, saya makin paham apa keinginannya, bagaimana cara komunikasinya, apa arti bubblingnya, dan seterusnya.

Sejak kehamilan, saya putuskan saya harus belajar jadi segalanya. Ini anak yang tidak pernah minta dilahirkan, tapi kami yang ingin anak ini ada di keluarga kami. Kalau saya gak kuat nemenin anak saya 24/7, saya mau ngarep sama siapa buat nemenin anak saya? Grew up and be responsible.

Melepaskan adalah pilihan, begitu juga dengan meraih, kan?

Ternyata saya bisa memilih drama hidup saya, polemik keseharian saya, dan remahan dilemma saya.

I was raised in a strong women environment, hampir semua wanita dari sisi keluarga mami saya, adalah wanita bekerja.

Kakak perempuan saya anaknya 3, masih kecil-kecil, tapi dia bekerja, bahkan 3 tahun berturut-turut adalah karyawan terbaik di kantornya. Anak-anaknya sama siapa dirumah? Sama suaminya, seorang dokter umum yang praktek dekat rumah, willing to handle the children. Lucky girl, my sister.

Mami saya masih seorang workaholic di usianya yang sudah lebih dari 58 tahun saat ini. Kenapa ga diminta dirumah aja menikmati hari tua? Ga mau, ga betah, bisa uring-uringan.

Bagaimana dulu kakak, saya, dan adik dirumah? Sama embak, mungkin sudah berganti dua-puluh embak dalam hidup kami. Datang dan pergi.

Three of us grew up fine, overwhelmed, and loved.

But i remember my happiest moment, was,  when my mom is home. Whatever she were doing, i feel safer when she's around.

I am independent, my siblings are too. Of course. Uberly independent. That's great.

So when i decided to stay at home mothering my son, most of the women in my family have them big question mark: WHYYYY?


Saya bisa bilang ke anak saya satu juta milyar kali kalau saya cinta, tapi kalau saya lebih sering tidak ada.. lama-lama mungkin dia bingung cinta itu yang seperti apa. Apakah mainan mahal, apakah playground mewah, apakah kuota internet unlimited, apakah kerajaan bisnis untuk diwariskan?

Ah itu sih saya aja sih yang lemah dan mencari pembenaran ðŸ˜„😄😄

Bekerja mungkin sulit, dirumah juga tidak selalu mudah. Mana ada manusia yang hidupnya setiap detik enak doang.

Never i regret my decision to choose my kid over anything. Hidup biasa saja semoga kami selalu bahagia. Maaf ya nyu, mungkin ibu ga akan pernah jadi dokter spesialis, mungkin tabungan Romo ga tau kapan cukup buat kita bertiga Euro trip, mungkin sekolahmu lokal-lokal aja bukan yang berbahasa asing macam-macam.

Ibu ingin tetap waras, tapi jangan sampai Banyu yang going crazy.

As Confucius says, "if your plan is for 1 year, plant rice. If your plan is for 10 years plant trees. If your plan is for 100 years, educate Children. 

Kita segera jadi sejarah, anak-anak kita lah masa depan.
Jika harus ada yang dikorbankan, semoga bukan anak.

Selamat menjalankan peran dengan bahagia.

Comments

Popular Posts